Sabtu, 26 Maret 2016

Perspektif etika dalam pemasaran



Perspektif etika dalam pemasaran 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pemasaran ?
2.      Apa saja Tahapan-tahapan dalam Manajemen Pemasaran ?
3.      Apa saja Tujuan Promosi ?
4.      Bagaimana Etika Pemasaran dalam konteks promosi ?
5.      Bagaimana Cara-Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis ?
6.      Apa masalah Masalah etis seputar konsumen ?
7.      Apa itu periklanan dan etika ?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pemasaran
2.      Untuk mengetahui Tahapan-tahapan dalam Manajemen Pemasaran
3.      Untuk mengetahui Tujuan Promosi
4.      Untuk mengetahui Etika Pemasaran dalam konteks promosi
5.      Untuk mengetahui Cara-Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis
6.      Untuk mengetahui Masalah etis seputar konsumen
7.      Untuk mengetahui periklanan dan etika







BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Konsep Pemasaran :
Falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakansalah satu syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, berkembang dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis, tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain.

2.2 Tahapan-tahapan dalam Manajemen Pemasaran :
1.    Tahap orientasi Produksi :
Tujuan dan perencanaan perusahaan ditentukan oleh Bagian Produksi
Tugas Bagian Penjualan hanya menjual dan mengkoordinasikan tenaga penjual
Harga produk sudah ditentukan oleh Bagian Produksi dan Bagian Keuangan
Konsep yang dianut disebut Konsep Produksi
2.    Tahap orientasi Penjualan
Pengukuran keberhasilan perusahaan ditentukan oleh volume penjualan dan bukan laba perusahaan
Konsep yang dianut disebut Konsep Penjualan
Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.

2.3 Tujuan Promosi di antaranya adalah:
1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.


2.4 Etika Pemasaran dalam konteks promosi :
a) Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
b) Sebagai sarana untuk membangun image positif.
c) Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
d) Selalu berpedoman pada prinsip-prinsip kejujuran.
e) Tidak mengecewakan konsumen.
Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali oleh masyarakat dengan harapan kenaikan pada tingkat pemasarannya.
Promosi sangat diperlukan untuk dapat membuat barang yang produksi menjadi diketahui oleh publik dalam berpromosi diperlukan etika-etika yang mengatur bagaimana cara berpromosi yang baik dan benar serta tidak melanggar peraturan yang berlaku, etika ini juga diperlukan agar dalam berpromosi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh tekhnik promosi.

2.5 Cara-Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.  Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6.  Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara.
7.  Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu.
10.Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
11.Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.

2.6 Masalah etis seputar konsumen
The customer is King merupakan sebuah ungkapan yang tidak sekedar menarik pembeli. melainkan juga menunjukan tugas pokok bagi produsen atau penyedia jasa untuk mengupayakan kepuasan konsumen. Pelanggan harus di perlakukan baik secara morol bukan hanya untuk memenuhi tuntutan etis. Melainkan juga syarat metlat untuk mencapai kesuksesan bisnis.
            Perhatian dari segi-segi etika mengenai perilaku kepada konsumen dikarenakan posisi kosumen yang sering kali agak lemah. Seringkali meskipun sebutan konsumen sengai raja, akan tetapi daya belinya sering kali rendah, konsumen tidak memiliki keahlian atau pengetahuan khusus tentang suatu produk di pasaran, sehingga mereka sering kali menjadi korban penipuan. Atas alasan tersebutlah bisnis memiliki kewajiban moral untuk melindungi konsumen.
            Perhatian untuk konsumen hak-hak yang perlu dipertimbangkan dalam etika terhadap konsumen adalah :
1.      Hak atas keamanan
Harus memperhatikan risiko tertentu untuk konsumen khususnya risiko untuk kesehatan dan keselamatan.
2.      Hak atas informasi
Konsumen berhak untuk mengetahui segala informasi yang relevan mengenai produk yang dibelinya.
3.      Hak untuk memilih
Konsumen berhak untuk memilih diantara berbagai produk dan jasa yang ditawarkan.
4.      Hak untuk didengarkan
Keinginan dan keluhan konsumen mengenai sebuah produk atau jasa harus dipertimbangkan.
5.      Hak lingkungan hidup
Konsumen berhak menuntut bahwa dengan produk yang ia gunakan tidak akan merusak lingkungan.
6.      Hak konsumen atas pendidikan
Konsumen berhak di didik untuk dapat memberikan saran,kritik,atau keluhannya

terhadap suatu produk atau jasa.
            Maka dari itu tidak heran jika untuk memperjuangkan hak-haknya konsumen membentuk organisasi-organisasi seperti lembaga perlindungan konsumen.
            Tanggung jawab Bisnis untuk meyediakan produk yang aman untuk mendasarkan tanggung jawab produsen atas produknya dikemukakan tiga teori yaitu :
1.      Teori Kontrak
Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen sebaiknya dilihat sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen didasarkan pada kontrak tersebut. Oleh karena itu, konsumen harus berhati-hati sebelum menandatangani kontrak, dengan cara membaca secara teliti poin per poin dalam kontrak. Kontrak akan sah jika memenuhi :
·         Kedua pihak mengetahui betul apa kontrak maupun sifat-sifat produk.
·         Kedua pihak harus melukiskan dengan benar fakta yang menjadi objek kontrak.
·         Kedua pihak boleh melakukan kontrak karena paksa atau larena pengaruh yang kurang wajar seperti ancaman.
Metode pemasaran bait and switch merupakan metode yang mencurigakan karena iklan yang dipasang hanya sebagai umpan untuk membentuk calon pembeli, dengan harapan mereka akan membeli produk yang lebih mahal. Bsinis berkewajiban untuk menjamin agar produk mempunyai ciri-ciri yang diharapkan konsumen yaitu produk bisa diandalkan berfungsi seperti semestinya, dapat digunakan selama periode waktu yang diharapkan dapat dipelihara atau diperbaiki.
2.      Teori Perhatian Semestinya
Kesulitan yang muncul dalam teori ini adalah tidak gampang untuk mengartikan “semestinya” produsen memang lebih mengetahui  mengenai seluk beluk produk dibandingkan dengan pengetahuan konsumen. Akan tetapi produsen tidak selalu tahu mengenai kelemahan sebuah produk karena bisa jadi kelemahan itu muncul setelah pemakaian.
3.      Teori biaya sosial
Produsen bertanggung jawab atas semua kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen dalam memakai produk tersebut. Menurut teori ini semua dampak negatif yang dihasilkan oleh sebuah produk dibebankan kepada produsen.
            Akan tetapi kritik dilontarkan terhadap teori ini. Teori biaya sosial dianggap krang adil karena manimpakan tanggung jawab kepada produsen atas hal yang tidak diketahui atau dihindarkan. Teori ini jga membawa kerugian ekonomis, teori in juga pada akhirnya akan merugikan konsumen. Alasannya adalah akibat adanya tanggung jawab produsen terhadap dampak  yang terjadi, maka akan ada biaya tambahan dalam menjual produk yang pada akhirnya juga akan dibebankan ke konsumen.
            Tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen, bisnis mempunyai kewajiban terhadap konsumen berkaitan dengan kalitas produk harganya dan pemberian label serta pengemasan.
·         Kualitas produk, produsen harus memberikan produk sesuai apa yang dijanjikan dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen. Salah satu caranya biasanya adalah dengan memberikan garansi.
·         Harga, harga dianggap adil karena disetujui oleh kedua belah pihak. Harga menjadi tidak adil jika terjadi penipuan atau manipulasi yang dulakukan produsen atau distributor, ketidaktahuan konsumen, penyalagunaan kuasa, dan manipulasi emosi.
·         Pengemasan dan pemberian label pengemasan dan pemberian label memberikan informasi produk yang dibutuhkan konsumen. Selain itu juga dapat menjadi sarana promosi bagi produsen.
2.7 Periklanan dan etika
·         Fungsi periklanan
Sepintas kita tahu bahwa iklan sarana komunikasi produsen dan konsumen yang di maksud untuk meberikan informasi mengenai sebuah produk, akan tetapi jika di pahami secara keseluruhan, maka iklan digunakan sebagai sarana promosi  produk yang akhirnya iklan dapat mempengarhi tingkah laku konsumen sehingga produknya akan aris di pasaran.
Fungsiperklanan di bagi menjadi dua fungsi:
a.       Fungsi informatif
b.      Fungsi persuasif
·         Periklanan dan kebenaran
Untuk mengetahui hubungan antara periklanan dengan kebenaran sebainya kita mengetahui masalah pembohongan yang di maksud dengan suatu yang bohong adala yang di lakukan dengan sengaja sehinggamembuat masyarakat percaya.
Jika ingin mengetahui moralitas periklanan secara khusus dengan unsur maksud dalam perbuatan berbohong maka kita telaah makna dari berbohong:
1.      Unsur kesengajaan: yang dikatakan berbohong adalah ketika menyatakan hal yang tidak benar secara sengaja
2.      Unsure untuk membuat orang percaya: seringkali mema bahasa iklan dibuat hiperbola untuk menarik calonpembeli. Konsumenpun akan emahami maksud dari kalimayt tersebut untuk tidak di artian secara harfiah.
·         Manipulasi dengan periklanan
Masalah manipulasi berkaitan dengan segi persuasive dari iklan manipulasi disini bermaksud untuk mempengaruhi keinginan orang lain sedemikian rupa, sehingga ia memil sesuatu yang sebenarnya tidak di pilih oleh orang itu sendiri
Periklanan seringkali mingikutsertakan faktor-faktor psikologis memberikan sugesti pada masyarakat untuk melihat iklannya faktor tersebut seperti status, gaya hidup, dan gengsi.
Dua cara periklanan yang digunakan untuk memanipulasi :
1.      Subliminal advertising: teknik periklanan yang sekilas menampilkan suatu pesan dengan begitu cepat, sehingga tidak di prsepsikan secara sadar tetapi tinggal di bawah alam sadar manusia. Hal ini apat dianggap tidak etis karena memanipulasi konsumen begitu saja.
Tetapi sekarang orang tidak percaya lagi akan kemungkinan iklan subliminal karena penelitian tidak menunjukan efektifitas periklanan dengan model seperti ini.
Sebenarnya yang di maksud dengan cara ini adalah subliminal dalam arti sempit. Iklan dibuat untuk mempengaruhi konsumen dengan memanfaatkan factor-faktor psikologis Dalam hal ini konsumendipengaruhi, akan tetapi tidak di manipulasi, sehingga masyarakat masih memiliki kebebasan ntuk memilih.
2.      Iklan yang di tujukan kepada anak: hal ini dianggap kuang etis karena anak belum bisa mengambil keputusan sendiri dan sangat senstif terhadap pengaruh dari luar. Tetapi timbul perdebatan apakah hal in merupakan perilaku tidak tis, karena cirri khas media yang sugestif dan persuasif
·         Pengontrolan terhadap iklan
Karena adanya kemungkinan terjadi tindakan dipermaikan kebenaran dan maniulasi dalam bisnis periklanan dibutuhkan adanya kontrol yang tepat untuk mengimbangikerawanan tersebut.
1.      kontrol oleh pemerintah-pemerintah pastinya memiliki tanggung jawab tuk elindungi konsumen terhadap pengiklanan. Di Indonesia
2.      Kontrol oleh para pengiklan control yang aling amouh dalam periklanan alh peraturan diri oleh dunia perilanan,. Diindonesia pengawasan kode etik di percayakan kepada komisi periklanan indonesia
3.      kontol oleh masyarakat- masyarakat yang kritis terhadap nilai-nilai etika dala periklanan menndirikan lembaga-lembaga konsumen di berbagai wilayah di Indonesia.
·         Penilaian etis terhadap iklan
Empat factor yang harsus di pertimbangkan dalam menerapkan prinsip-prinsip etis:
1.      Maksud si pengiklan: jika tujuan pengiklan tersebut tidak baik maka dengan sendirinya ecaramorol iklan tersebut tidak baik. Jika produk yang di ikankan merugikan konsumen atau dengan sengaja ia menjelekkan produk pesaing, maka iklan terseut menjadi tidak etis.
2.      Isi iklan harus benar dan tidak menyesatkan.
3.      Keadaan pulik yang tertuju dalam hal ini public merupakan orang dewasa nomal yang memiliki informasi yang cukup tentang podukatau jasa yang diiklankan. Namun harus di perhatikan bahwa mutu public bisa berbeda-beda. Ada masyarakat dengan pendidikan tinggi atau rendah, ada masyarakat dengan tigkatekonomi yang lebih tinggi, ada yang lebih rendah.
4.      Kebiasaan di bidang periklanan memiliki tradisi sendiri dalam penyajianya. Bagaimana orang menerima iklan tergatung dari pemehaman mereka.
·         Beberapa kasus etka priklanan
1.      Tiket gratis dari Bouraq maskapai Bouraq mengiklankan bahwa dengan menukarkan 10 tiket akan diberikans1 tiket gratis, pada iklan media cetak tanpa di sertai keterangan apapun. Keterangan lebih lengkap hanya diberikan di kantor perwakilan Bouraq. Halini dapat di kategorikan iklan tidak etis karena menyebabkan konsumen merasa tertipu
2.      Mega pasaraya dan etika bisnis di anggap tidak etis karena mengiming-imingi konsumen, tetapianya bohong belaka
3.      Iklan Filma di RCTI yang tidak etis dianggap tidak etis karena menggunakan kata-kata yang kurang sopan. Yang di permasalahkan adaah kalimat “bila Iingin minyak goring yang murni, jernih, lezat, sehat gunakan akal sehat pilhlah Filma.














BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, berkembang dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis, tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain.













DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Noerachmaniah. 2011. Persfektif Etika Dalam Pemasaran. Resume, Universitas Brawijaya
K. Bertens. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Kanisius : Yogyakarta.