Antraks (anthrax) adalah penyakit infeksius dan
menular pada hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang
membentuk spora. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan penderita ke manusia,
sehingga digolongkan sebagai penyakit zoonosa atau zoonosis.
Spora pada bakteri berfungsi sebagai alat perlindungan
bakteri tersebut dari pengaruh lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangbiaknya. Spora bakteri antraks dapat ditemukan pada tanah, bulu,
wol, kulit, debu, dan tepung tulang. Spora tersebut dapat bertahan selama 60
tahun di dalam tanah kering.
Kehadiran bakteri antrhax (Bacillus anthracis) di
lingkungan manusia bukan hal yang aneh. Sejak ratusan tahun lalu, bakteri ini
umum ditemukan pada air, tanah, daun-daunan, dan sebagainya, kemudian menjadi
"bibit" penyakit pada hewan ternak dan hewan liar lainnya, yang
ujung-ujungnya juga pada manusia.
Pada awal tahun 1800-an, terjadi kepanikan di
lingkungan para peternak di Eropa dan Asia menyusul kematian mendadak pada
ternak peliharaannya seperti sapi, kuda kerbau, dan domba. Mula-mula, suhu
badan ternak meninggi, kemudian sesak napas, detak jantungnya menjadi berkurang
atau melemah, kemudian kejang-kejang dan akhirnya mati.
Tahun 1850 kehadiran bakteri antraks diteliti oleh
pakar penyakit hewan terkenal di Eropa, Dr. Rayer dan Dr. Davaint dari gumpalan
darah ternak yang terjangkiti. Bakteri antraks tersebut kemudian disuntikkan
pada ternak yang masih sehat dan tidak lama berselang, ternak yang telah
disuntik dengan bakteri anthrax menunjukkan gejala yang sama dengan ternak
sebelumnya dan kemudian mati.
Di Indonesia, kasus antrax pertama kali ditemukan di
Teluk Betung, pada tahun 1984. Daerah endemis anthraks yang sering terjadi
kasus antraks adalah Jawa Barat (Bogor, Purwakarta), Jawa Tengah
(Boyolali), NTB, NTT, DI Yogyakarta (Sleman), Sulawesi Selatan, DKI Jakarta,
Lampung, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah. Daerah-daerah tersebut merupakan "kantong-kantong" penyebaran
antraks yang sewaktu-waktu dapat menjadi pusat ledakan wabah untuk daerah
sekitarnya. Karena itulah, maka Dinas Peternakan di semua daerah mencatat,
meneliti, dan mengamati, kalau sewaktu-waktu di daerahnya mulai ada
tanda/indikasi wabah tersebut agar sedini mungkin dapat diketahui, diatasi,
atau dibatasi penyebarannya.
Definisi Anthrax
Antrhax adalah penyakit infeksi menular akut yang
disebabkan oleh bakteri Bachillus Anthrachis. Penyakit ini biasanya menjangkit
hewan ternak, tetapi bisa juga menjangkit manusia yang hidup dekat dengan
hewan.¹ Ada 4 jenis antraks yaitu: antraks kulit, antraks pada saluran
pencernaan , antraks pada paru-paru , dan antraks meningitis (Soeharsono,
2005).
Antraks disebut juga malignant pustule, malignant
edema, Charbon, Ragpicker disease, atau Woolsorter disease, Radang
limfa.²
Bacillus Anthrachis
Bachillus anthrachis termasuk dalam kingdom bacteria,
phylum firmicutes, class bacilli, ordo bacilliales, family bacilliaceae, genus
bacillus dan species B. anthracis.
Bakteri gram positif ini mempunyai ukuran 3-5 □m
x 1-1,2 □m. Berbentuk batang lurus dengan susunan dua-dua atau seperti rantai.
Dinding sel dari bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari
N-asetilglukosamin dan D-galaktosa
Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini juga
terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal
factor (LF), dan oedema factor (EF). Peran ketigannya itu terlihat sekali dalam
menimbulkan gejala penyakit antraks. Tepatnya, ketiga komponen dari eksotoksin
itu berperan bersama-sama. Protective Ag berfungsi untuk mengikat reseptor dan
selanjutnya lethal factor. Sedangkan oedema factor akan memasuki sistem sel
dari bakteri. Oedema factor merupakan adenilsiklase yang mampu meningkatkan
cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi spesifik dari lethal factor masih belum
diketahui.
Penyebab anthrax adalah sejenis bakteri,
yaitu Bacillus anthracis.Bakteri ini memiliki bentuk batang besar.
Sifat yang unik dari bakteri anthrax adalah bila berada di luar
tubuh hewan cenderung melindungi diri dengan membentuk spora. Apabila di
lingkungan sekitar pemeliharaan hewan atau aktivitas masyarakat telah tercemar
spora Bacillus anthracis, maka keadaan hawa yang dingin, kekurangan
makanan pada hewan dan kondisi adanya cekaman karena keletihan spora trsebut
dapat berperan selaku pemicu terjadinya infeksi oleh jasad renik tersebut.
Sumber infeksi yang utama adalah setiap bahan
yang berasal dari hewan yang mati karena anthrax. Penyebaran spora anthrax
dapat melalui berbagai macam cara baik secara biologic mauoun mekanik, antara
lain melalui hewan pemakan bangkai tercemar, makanan atau minuman tercemar dan
air mengalir yang tercemar. Anthrax biasa ditularkan kepada manusia disebabkan
pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan
daging, atau memakan daging hewan yang tertular anthrax. Selain itu, penularan
juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit
misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan.
Anthrax dapat memasuki tubuh manusia melalui usus,
paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Anthrax tidak mungkin tersebar
melalui manusia kepada manusia.Bakteri B. anthracis ini termasuk
bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk spora. Endospora
yang dibentuk oleh B. anthracisakan bertahan dan akan terus berdormansi
hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi
inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus
membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam
peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara,
yaitu :
1. Inhaled
anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan,
namun kejadian ini sangat jarang terjadi. Dari ketiga jenis tipe anthrax,
memang tipe pernafasan adalah yang paling berbahaya karena case fatality rate
nya yang mencapai 100%.
2. Cutaneous
anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses
masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax
(95% kasus). Bisa terjadi jika bakteri atau spora masuk kedalam jaringan kulit
yang lecet atau luka, dan menyebabkan lepuh kemudian secara cepat berubah
menjadi bisul bernanah dan akhirnya menjadi koreng berwarna hitam. Anthraxjenis
ini biasa terjadi di tempat penjagalan hewan.
3. Gastrointestinal
anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik,
sehingga masih megandung bakteri atau spora tertelan lewat mulut, biasanya
terjadi karena makan daging terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang
sempurna.
4. AnthraxMeningitis
(Meningitis Anthrax). Terjadi karena komplikasi bentuk anthrax yang lain,
dimulai dengan adanya lesi primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik
dan kematian dapat terjadi antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan
meningitis purulenta akut yaitu demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang umum,
penurunan kesadaran dan kaku kuduk.
Beberapa gejala-gejala anthrax tipe pencernaan adalah
mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna
coklat atau hitam, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat
hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil
yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi
sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi agak
terasa sakit. Anthraxterjadi setelah mengomsumsi daging yang terkena antraks.
Daging yang terkena antraks mempunyai berwarna hitam, berlendir, dan berbau.
Ternak yang mati mendadak juga masih disembelih dan
selanjutnya dagingnya dijual kembali atau dikonsumsi, karena jamak diketahui
bahwa ternak merupakan aset berharga terutama bagi peternak kecil, sehingga
mereka tidak mau rugi. Ada beberapa ciri daging yang terkena antraks yaitu
berwarna kehitaman, berbau dan berlendir. Selain itu adanya faktor
ketidaktahuan dari sebagian peternak, bahwa bangkai ternak yang mati akibat
penyakit anthrax harus diperlakukan “sedemikian rupa” yaitu bangkai sama sekali
haram untuk dibuka, karena oksigen akan masuk ke dalam tubuh yang sudah
terpotong dan terbentuklah spora, sehingga langkah mutlak yang mesti dilakukan
adalah ternak yang mati dibakar, diberi desinfektan kemudian dikubur untuk
membantu pemutusan siklus penularan antraks.
Penularan dan penyebaran anthrax ada 5, penularan dari
hewan ke hewan atau ke manusia, penularan melalui spora, penularan melalui
hewan dan pakan ternak, dan penularan melalui konsentrat atau bahan pakan dari
hewan.
a) Penularan
dari hewan ke hewan atau ke manusia
Anthrax tidak bisa ditularkan oleh hewan yang satu ke
hewan yang lainnya atau dari manusia ke manusia secara langsung. Penularan
dapat terjadi bila hewan atau manusia lewat cairan tubuh yang mengandung kuman
anthrax atau oleh spora yang ada disekelilingnya.
b) Penularan
melalui spora
Basil anthrax berada dan berkerumun di dalam berbagai
jaringan hewan sakit, keadaan seperti ini kuman akan dikeluarkan dari tubuh
melalui sekresi dan ekskresi selama sakit atau menjelang kematiannya. Spora
dengan cepat akan terbentuk dan lebih lanjut mencemari tanah atau objek lain di
sekitarnya. Bila terjadi hal yang demikian, maka akan menjadi sulit untuk
memusnahkan sporayang sudah terlanjur terbentuk sehingga tersebar mencemari lingkungan.
c) Penularan
melalui hewan dan pakan ternak
Rumput yang dipangkas untuk pakan ternak sangat
potensial sebagai pembawa spora dan berisiko menularkan anthrax dari satu
daerah ke daerah lain. Ketika rumput untuk pakan ternak semakin kritis, pemotongan
rumput biasanya cenderung semakin ke pangkal batang yang berdekatan dengan
tanah.Dengan demikian, ada tanah yang terbawa pada rumput tersebut. Bila tanah
tersebut mengandung spora anthrax, maka akan menjadi sumber pencemaran di
daerah tempat tinggal peternak tersebut.
d) Penularan
melalui konsentrat atau bahan pakan dari hewan
Infeksi terjadi karena telah digunakan imbuhan pakan
hewan yang terdiri atas tepung tulang mentah yang berasal dari hewan yang
tertular anthrax. Sebelum pakan diberikan ke ternak harus dilakukan pemanasan
terlebih dahulu. Pemanasan dilakukan pada suhu 130° C agar kuman anthrax bisa
mati.
Ada beberapa bentuk penyakit antraks pada ternak yaitu
:
1) Bentuk per
akut ditandai dengan kematian mendadak dengan gejala sesak napas, gemetar dan
kejang atau bahkan tanpa adanya gejala.
2) Bentuk akut
biasanya dikenali dengan demam (sampai dengan 41°C), produksi susu menurun
drastis dan keguguran bagi hewan bunting, depresi, sukar bernapas,
kejang dan diikuti kematian yang disertai dengan keluarnya darah kental berwana
merah kehitaman dari lubang kumlah.
3) Bentuk
kronis lebih umum ditemukan pada babi, ditandai dengan lepuh di sekitar lidah
dan kerongkongan.
Gejala infeksi anthrax pada hewan antara lain hewan
yang terinfeksi menjadi lemah, panas tubuh tidak merata, paha gemetar,
seolah-olah ada rasa nyeri meliputi pinggang, perut atau seluruh tubuh. Periode
inkubasi pada hewan herbivora yang rentan bervariasi dari sekitar 36 jam sampai
72 jam, melanjut ke fase sistemik hiper-akut, biasanya tanpa dikenali sebelum
ada gejala. Gejala pertama adalah kematian mendadak satu atau dua ekor dalam
populasi terserang. Nafsu makan sangat berkurang atau tidak ada. Sekresi susu
dan ruminasi berhenti, perut menjaadi kembung. Daerah leher, dada, sisi
lambung, pinggang, dan alat kelamin luar menjadi bengkak. Pembengkakan ini
menjadi cepat berkembang dan meluas. Bila bagian tubuh tersebut diraba terasa
panas, konsitensi lembek atau keras. Kulit terlihat normal utuh atau terdapat
luka yang mengeluarkan eksudat cair berwarna kuning
muda.
Gejala awal pada sapi yang terserang anthrax sering
kurang jelas untuk dikenali, kecuali adanya demam tinggi sampai 42oC. Bengkak
pada leher sering melanjut menjadi faringitis dan terdapat reaksi busung di
daerah glottis, sehingga menyebabkan sesak napas yang makin memperparah
penyakit. Sapi yang terinfeksi anthrax kesulitan buang air kencing dan bila air
kencing tersebut keluar dapat bercampur dengan darah. Tinja bercampur darah
berwarna merah hitam dan disertai oleh jaringan nekrotik yang mengelupas.
Sejak dikenal bahwa Bacillus
anthracis adalah penyebab anthrax pada hewan dan manusia, maka
banyak usaha yang dilakukan ilmuan untuk memproduksi suatu agen pembentuk zat
kebal yang aman untuk digunakan dalam memberikan perlindungan bagi hospes
target yang terserang.
Pencegahan Penyakit Anthraks
Cara pencegahan penyakit anthrax adalah dengan
menghindari kontak langsung dengan binatang atau benda-benda yang membawa
bakteri penyakit ini. Ternyata bakteri ini memiliki kemampuan yang unik .
Jangkitan yang disebabkan oleh penyakit ini tidak mudah untuk di musnahkan,
karena bakteri ini memiliki kecenderungan untuk merubah bentuknya menjadi spora
yang amat stabil. Saat berubah menjadi spora bakteri ini dapat masuk kedalam
tanah dan mampu bertahan selama lima puluh sampai enam puluh tahun di dalam
tanah. Uniknya bila tanah tempat ia tinggal tergenang air, kuman ini dapat
tumbuh kembali dan menyerang hewan ataupun manusia yang ada di sekitamya.
Selain itu saat terjadi musim kemarau biasanya ternak menaik rumput sampai ke
akarnya ,inilah yang membuat penyakit ini akan terus terulang di daerah yang
pernah terkena antrax . Repotnya lagi kuman ini dapat terserap oleh akar
tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah, hingga mampu
menginfeksi tenak maupun manusia yang mengkonsumsinya. Bahkan serangga, burung,
anjing, dan binatang-binatang lain juga dapat menjadi perantara penularan
penyakit ini, apabila telah mengalami kontak langsung dengan bakteri penyebab
penyakit ini .
Namun pencegahan dapat di lakukan dengan cara cucilah
tangan sebelum makan, hindari kontak dengan hewan atau manusia yang sudah
terjangkit anthrax, belilah daging dari rumah potong hewan yang resmi, masaklah
daging dengan sempurna, hindari menyentuh cairan dari luka anthrax, melaporkan
secepat mungkin bila ada masyarakat yang terjangkit anthrax.Bagi peternak atau
pemilik hewan ternak, upayakan untuk menvaksinka hewan ternaknya. Dengan
Pemberian SC ,untuk hewan besar 1 ml dan untuk hewan kecil 0,5 ml.Vaksin ini
memiliki daya pengebalannya tinggi berlangsung selama satu tahun.
Pengobatan Penyakit Antrhax
Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada
kasus antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik
topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit. Antraks kulit dengan gejala
sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga membutuhkan antibiotic
intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan adekuat, prognosis antraks
inhalasi, gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk.
Anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang
sering dipergunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum
yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin,
doksisiklin, siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, sefazolin, klindamisin,
rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan
makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol,
eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan. Pada antraks
kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik
harus tetap dilanjutkan hingga paling tidak 14 hari setelah gejala
reda. Oleh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka
pemberiaan antibiotik sedini mungkin sangat perlu. Keterlambatan pemberian
antibiotik sangat mengurangi angka kemungkinan hidup. Oleh karena pemeriksaan
mikrobiologis yang cepat masih sulit dilakukan maka setiap orang yang memiliki
risiko tinggi terkena antraks harus segera diberikan antibiotik sambil menunggu
hasil pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum ada studi klinis
terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi. Untuk kasus antraks inhalasi
Food and Drug Administration (FDA) menganjurkan penisilin, doksisiklin, dan
siprofloksasin sebagai antibiotik pilihan.
Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu
dari perlakuan sebagai berikut :
1) Penyuntikan
antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1
ml)
2) Penyuntikan
antibiotika
3) Penyuntikan
kemoterapetika
4) Penyuntikan
antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan vaksinasi.
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan vaksinasi.
Pengendalian Penyakit Anthrax
Disamping pengobatan, perlu cara-cara pengendalian
khusus untuk menahan penyakit dan mencegah perluasannya. Seperti dilakukannya
tindakan mengasingkan hewan -hewan yang menderita anthrax, hewan ternak yang
sakit dilarang disembelih karena ada kemungkinan hewan tersebut terkena
penyakit antrhax , bangkai hewan yang mati karena anthrax harus segera
dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam, untuk mencegah
perluasan penyakit melalui serangga dipakai obat-obat pembunuh serangga, hewan
yang mati karena anthrax dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai
, dan tindakan sanitasi umum terhadap orang yang kontak dengan hewan penderita
penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit. Selain itu, penyembelihan hewan
di laksanakan di RPH resmi dibawah pengawasan dokter hewan dan Pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum penyembelihan (ante mortem) yaitu pemeriksaan
kesehatan daging, karkas, jeroan dan kepala setelah penyembelihan (post mortem)
oleh dokter hewan atau para medis kesehatan hewan dibawah pengawasan dokter
hewan pun juga perlu di lakukan.
Kesimpulan
1) Antrhax
adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.
2) Antraks
sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit
ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia,
namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.
3) Proses
masuknya spora anthrax dapat dengan empat cara yaitu: inhaled anthrax,
cutaneous anthrax, gastrointestinal anthrax dan meningitis anthrax.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar